Rabu, 05 Juni 2013

Tak seperti orang dewasa, sistem kekebalan tubuh anak terbilang masih sangat rendah. Kurangnya nutrisi seimbang ditambah dengan lingkungan yang kotor, membuat anak-anak lebih rentan diserang penyakit, terutama bila usianya masih sangat muda.

"Penyakit yang paling sering menyerang pada anak usia 0-1 tahun dan balita umumnya sama, hanya saja berbeda pada ketahanan tubuhnya. Kalau anak dibawah 1 tahun itu daya tahan tubuhnya lebih rendah sehingga gampang tertular," tutur dr Tjatur Kuat Sagoro, SpA, dokter spesialis anak dari RSUP Persahabatan, saat berbincang dengan salah satu media informasi, seperti ditulis pada Rabu (5/6/2013).

Menurut dr Tjatur, berikut beberapa penyakit yang sering jadi langganan si kecil:

1. Diare
2. Batuk pilek
3. Panas
4. Radang paru-paru
5. Ruam kaki-tangan-mulut (timbul ruam-ruam kemerahan di kaki, tangan, dan mulutnya) atau flu Singapura.

Selain penyakit-penyakit tersebut, ada pula penyakit lain yang umumnya menyerang, seperti pertusis (batuk 100 hari), tuberkulosis, campak, cacar air, dan penyait-penyakit lain yang sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi.

"Sehingga, sangat disarankan agar anak (usia 0-18 tahun) tidak melewatkan imunisasi sesuai jadwal untuk mencegah penyakit-penyakit yang seharusnya bisa diatasi," tandas dr Tjatur.

Penyakit bisa menyerang siapa saja tanpa pandang bulu, terutama pada orang-orang dengan kekebalan tubuh rendah seperti anak-anak. Beberapa penyakit pun bisa sangat mudah menyerang si kecil bila kondisinya tidak benar-benar dijaga.

Orang tua pasti pusing tujuh keliling jika buah hatinya sakit. Apalagi jika si kecil terlalu sering dibawa ke dokter bahkan keluar masuk rumah sakit karena penyakitnya. Apakah risiko yang mungkin muncul jika si kecil sering sakit-sakitan?

"Tergantung sakitnya apa. Kalau kena sakitnya berat tidak hanya perkembangannya terganggu, tetapi bisa jadi membahayakan jiwa," kata dokter anak dari RS Persahabatan, dr Tjatur Kuat Sagoro, SpA, dalam perbincangan dengan salah satu media informasi dan ditulis pada Rabu (5/6/2013).

Batuk dan pilek merupakan penyakit yang paling sering dialami anak. Nah, jika penyakit itu terlalu sering dialami anak Anda, sebaiknya dilakukan observasi untuk mencari penyebabnya lebih lanjut.

"Kalau kena diare, juga harus dilihat apakah karena makanannya atau lingkungannya. Kalau panas, harus cek laboratorium sederhana tetapi tetap sesuai indikasi," sambung dr Tjatur.

Anak dengan gangguan kekebalan tubuh sehingga sering sakit bisa menyebabkan semangat hidupnya turun. Sering sakit akan membuat anak jadi lemah, letih, dan lesu karena gairahnya turun.

"Sering sakit akan membuat pertumbuhan anak tersendat karena tubuh terus berusaha mengobati sakitnya sehingga mengganggu tumbuh kembang anak," lanjut dr Tjatur.

Tumbuh kembang anak sudah dimulai sejak masih dalam kandungan. Oleh sebab itu harus dijaga perkembangannya, terutama hingga usia 2 tahun. Hal ini penting untuk perkembangan otaknya. karena setelah itu perkembangan tidak terlalu bermakna.

"Perhatikan makanan sejak di kandungan hingga usia 2 tahun untuk otak dan tumbuh kembang hingga 18 tahun. Sebab yang dimaksud anak adalah hingga 18 tahun, bukan hanya hingga 12 tahun," terang dr Tjatur.

Dibandingkan orang dewasa, anak-anak memang lebih rentan terhadap penyakit karena sistem imunnya belum terbentuk dengan sempurna. Tapi usia berapa anak paling rentan terhadap penyakit?

"Anak paling rentan itu usia balita pada umumnya dan kurang dari satu tahun pada khususnya," jelas dr Tjatur Kuat Sagoro, SpA, dokter spesialis anak dari RSUP Persahabatan

 Menurut dr Tjatur, hal ini disebabkan karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Terlebih lagi, biasanya karena masih kecil anak suka dibawa-bawa orang tuanya, yang membuatnya mudah tertular penyakit orang lain.

"Tapi untuk frekuensinya paling banyak pada anak dibawah 5 tahun ya, karena daya tahan tubuh yang masih lemah tadi," imbuhnya.

Bagaimana agar anak tak gampang sakit?

Berikut beberapa cara untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak agar tak gampang sakit, seperti dilansir whattoexpect:

1. Memberikan ASI eksklusif
2. Pastikan anak memiliki jam tidur yang cukup
3. Jangan terlalu berlebihan dalam menjaga kebersihan anak
4. Imunisasi
5. Berikan asupan makanan yang sehat
6. Jauhkan anak dari paparan asap rokok


Jangan pernah sepelekan demam pada anak. Demam memang salah satu penyakit yang sering diderita anak sejak bayi, namun jangan sampai orang tua lengah. Pertolongan pertama yang tepat pada demam anak akan sangat membantu penyembuhannya.

Menurut dr Tjatur Kuat Sagoro, SpA dokter Anak dari RS Persahabatan pertolongan pertama yang bisa dilakukan pada anak adalah dengan melonggarkan baju anak dan berikan suasana yang lebih enak. "Lalu kompres dengan air hangat, harus dengan air hangat. Setelah dikompres tentu harus diberi obat," ujar dr Tjatur saat berbincang dengan detikhealth, dan ditulis pada Rabu (5/6/2013).

Tetapi memberikan obat pada anak juga tak boleh sembarangan. Saat ini banyak orang tua yang dengan mudah memberikan obat warung pada anak-anaknya, padahal obat warung tanpa resep yang sesuai belum tentu baik untuk anak.

Selanjutnya, menurut dr Tjatur obat yang diberikan haruslah obat yang terkenal, seperti parasetamol itu masih diperbolehkan. Kemudian, ia menambahkan sebaiknya untuk dosis obat disesuaikan dengan berat badan anak dan bukan sesuai usianya seperti yang banyak tercantum di kemasan obat-obatan.

"Kalau berdasarkan usia itu sebenarnya kurang tepat. Tapi, pada prinsipnya kalau panas tidak terlalu tinggi tidak apa-apa asal jangan mendekati 40 derajat," ucapnya.

Menurut Tjatur, jika demam anak mendekati 40 derajat tentu akan berbahaya sehingga sebaiknya dibawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. "Pengukuran panas yang paling tepat sebenarnya dilakukan melalui dubur, tetapi kalau tidak bisa ditambahkan setengah derajat dari suhu pengukuran, misal 39,5 derajat itu berarti jika ditambahkan setengah suhunya sudah mencapai 40 derajat," jelasnya.

Oleh sebab itu, sangat disarankan pada orang tua jika anak mengalami demam tinggi untuk segera membawanya ke dokter dan melakukan pemeriksaan. Khususnya apabila demam yang dialami anak sudah lebih dari 3 hari karena dikhawatirkan anak dapat terkena penyakit berbahaya seperti demam berdarah.

Lebih cepat diketahui, maka akan semakin cepat pula penyebab demam pada anak diatasi.


Banyak pasien di rumah sakit membutuhkan darah setiap harinya. Darah tersebut biasanya didapat melalui donor darah. Selama ini diketahui donor darah memberi manfaat baik bagi jantung pendonornya. Namun berdasarkan hasil studi, donor darah secara rutin juga bisa membakar kalori dalam tubuh.

Sebuah studi menemukan bahwa mendonorkan darah dapat mengurangi risiko serangan jantung dan kanker. Tak hanya itu, donor darah bahkan dapat membakar sekitar 650 kalori untuk setiap liter darah yang didonor, demikian dilansir Daily Mail, Senin (3/6/2013).

Manfaat ini diperkirakan timbul dari penurunan kadar besi yang berfungsi untuk mempengaruhi seberapa kental tekstur darah. Saat mendonor, kadar zat besi di dalam tubuh akan berkurang. Akibat pengurangan ini, darah menjadi lebih kental.

Setelah itu, tubuh akan melakukan proses alami untuk mengembalikan kadar zat besi. Proses ini dapat mempercepat proses oksidasi kolesterol dan mempengaruhi konsistensi darah. Jika dilakukan secara konsisten, seluruh proses ini akan membantu mengembalikan tekstur darah.

Menurut studi dari para peneliti di Journal of the American Medical Association, ditemukan bahwa mereka yang berusia 43-61 tahun dan rutin mendonorkan darah setiap 6 bulan sekali lebih jarang terkena serangan jantung dan stroke.

Studi lain dari yang melibatkan 2.682 orang Finlandia juga menemukan bahwa mereka yang rutin melakukan donor darah memiliki 88 persen penurunan risiko serangan jantung dibandingkan mereka yang tidak melakukannya. Studi yang dilakukan selama 4,5 tahun dan melibatkan 1.200 orang responden ini menemukan bahwa orang-orang yang mendonor darah secara rutin selama 2 tahun memiliki insiden kanker lebih rendah daripada mereka yang tidak mendonor darah.

Namun, semua penurunan risiko penyakit ini akan lebih terlihat manfaatnya jika donor darah dilakukan secara rutin. Bukan donor darah yang hanya sesekali saja.

Selain dapat memberikan pengaruh pada penurunan risiko penyakit jantung dan kanker, donor darah juga dapat membakar sejumlah besar kalori. Sebab, setelah menyumbangkan darah tubuh akan menggantikan seluruh volume darah dalam waktu 48 jam dan seluruh sel darah merah dalam waktu 4-8 minggu.

Para peneliti dari The University of California, San Diego, memperkirakan bahwa untuk setiap 1 liter darah yang disumbangkan, sekitar 650 kalori terbakar saat tubuh melakukan proses perbaikan volume darah dan sel darah merah. Meskipun begitu, NHS Blood and Transplant Centre menegaskan bahwa donor darah sebaiknya dilakukan dengan tujuan ini menolong sesama, bukan semata-mata untuk kepentingan diri sendiri.

Sabtu, 16 Februari 2013

Menyempatkan waktu untuk berolahraga di gym atau lari keliling kompleks memang sangat baik untuk kesehatan. Tapi sebuah studi baru mengemukakan bahwa sebenarnya jalan kaki atau berdiri saja sudah cukup, toh jumlah kalori yang dibakar sama saja.

Bahkan berdiri dan berjalan kaki seharian terbukti lebih banyak manfaatnya daripada olahraga intens selama satu jam karena keduanya dapat menurunkan kadar kolesterol sekaligus mencegah diabetes.

Kesimpulan ini diperoleh setelah peneliti meminta 18 orang dewasa muda berusia 18-24 tahun yang memiliki berat badan normal untuk melakukan tiga regimen latihan terpisah selama studi.

Pertama, seluruh partisipan tidak diminta berolahraga dan hanya duduk selama 14 jam. Kedua, partisipan diminta duduk selama 13 jam tapi juga bersepeda dengan intensitas tinggi selama satu jam. Terakhir, partisipan diminta duduk selama 8 jam tapi juga jalan kaki 4 jam dan berdiri 2 jam.

Dari ketiga percobaan terlihat adanya jumlah pengeluaran energi yang sama antara ketika partisipan melakukan regimen latihan fisik berintensitas tinggi dengan saat melakukan regimen berdiri-jalan kaki. Hal ini diketahui setelah peneliti mengamati sensitivitas insulin dan kadar kolesterol partisipan pasca melakukan setiap regimen.

Menurut peneliti, sebenarnya bukanlah hal baru jika partisipan menunjukkan peningkatan sensitivitas insulin dan penurunan kadar kolesterol setelah berjalan kaki dan berdiri bila dibandingkan dengan ketika mereka tak melakukan aktivitas apapun.

Namun peneliti mengaku terkejut ketika menemukan bahwa manfaat dari kedua aktivitas ini juga jauh lebih baik daripada ketika partisipan melakukan latihan intens selama sejam.

"Yang penting jangan kebanyakan duduk atau lebih banyak berdiri, lebih memilih tangga ketimbang elevator serta menghindari penggunaan mobil dan memilih bersepeda," kata peneliti Hans Savelberg dari Department of Human Movement Sciences, Maastricht University Medical Centre, Belanda seperti dilansir dari abcnews, Sabtu (16/2/2013).

Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal PLOS One.

Mengenai Saya

Foto saya
TAK ADA PERJUANGAN TANPA MIMPI

Total Tayangan Halaman

Pengikut

Translate

Popular Posts