Sabtu, 16 Februari 2013

Menyempatkan waktu untuk berolahraga di gym atau lari keliling kompleks memang sangat baik untuk kesehatan. Tapi sebuah studi baru mengemukakan bahwa sebenarnya jalan kaki atau berdiri saja sudah cukup, toh jumlah kalori yang dibakar sama saja.

Bahkan berdiri dan berjalan kaki seharian terbukti lebih banyak manfaatnya daripada olahraga intens selama satu jam karena keduanya dapat menurunkan kadar kolesterol sekaligus mencegah diabetes.

Kesimpulan ini diperoleh setelah peneliti meminta 18 orang dewasa muda berusia 18-24 tahun yang memiliki berat badan normal untuk melakukan tiga regimen latihan terpisah selama studi.

Pertama, seluruh partisipan tidak diminta berolahraga dan hanya duduk selama 14 jam. Kedua, partisipan diminta duduk selama 13 jam tapi juga bersepeda dengan intensitas tinggi selama satu jam. Terakhir, partisipan diminta duduk selama 8 jam tapi juga jalan kaki 4 jam dan berdiri 2 jam.

Dari ketiga percobaan terlihat adanya jumlah pengeluaran energi yang sama antara ketika partisipan melakukan regimen latihan fisik berintensitas tinggi dengan saat melakukan regimen berdiri-jalan kaki. Hal ini diketahui setelah peneliti mengamati sensitivitas insulin dan kadar kolesterol partisipan pasca melakukan setiap regimen.

Menurut peneliti, sebenarnya bukanlah hal baru jika partisipan menunjukkan peningkatan sensitivitas insulin dan penurunan kadar kolesterol setelah berjalan kaki dan berdiri bila dibandingkan dengan ketika mereka tak melakukan aktivitas apapun.

Namun peneliti mengaku terkejut ketika menemukan bahwa manfaat dari kedua aktivitas ini juga jauh lebih baik daripada ketika partisipan melakukan latihan intens selama sejam.

"Yang penting jangan kebanyakan duduk atau lebih banyak berdiri, lebih memilih tangga ketimbang elevator serta menghindari penggunaan mobil dan memilih bersepeda," kata peneliti Hans Savelberg dari Department of Human Movement Sciences, Maastricht University Medical Centre, Belanda seperti dilansir dari abcnews, Sabtu (16/2/2013).

Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal PLOS One.

Agar selalu bugar, sejumlah orang memutuskan untuk lebih giat berolahraga, bahkan dengan porsi yang lebih intens dari sebelumnya. Padahal menurut sebuah studi baru, beristirahat sebentar juga sama pentingnya dengan olahraga itu sendiri.

Peneliti dari Stirling University ini percaya istirahat akan membantu proses pemulihan otot, termasuk membuat tubuh lebih fit dalam waktu yang lebih cepat.

Untuk memastikannya, peneliti melibatkan 12 pesepeda yang dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok diminta melakukan olahraga dengan intensitas tinggi lalu diselingi dengan istirahat jangka pendek sebanyak tiga kali seminggu.

Di setiap sesi, partisipan diminta mengayuh pedal kencang-kencang tapi di bawah kecepatan pelari cepat (spinter) selama empat menit, kemudian berhenti sejenak selama dua menit. Pola ini diulang hingga lima kali.

Kelompok kedua diminta untuk terus bersepeda selama sejam dengan kecepatan yang lebih rendah, juga sebanyak tiga kali seminggu. Namun empat minggu kemudian, kedua kelompok diminta bertukar program.

Hasilnya, program pertama yang melibatkan perpaduan antara latihan keras dengan istirahat terbukti paling banyak memberikan manfaat bagi partisipan, bahkan menghasilkan peningkatan kekuatan serta performa partisipan hingga dua kali lipat.

"Meski kami menemukannya pada para pesepeda, tapi jika Anda dapat membuat sesi olahraga yang keras menjadi lebih keras dan sesi yang mudah jadi lebih mudah maka Anda akan cenderung memperoleh hasil yang lebih baik," tandas peneliti Stuart Galloway yang juga seorang pakar fisiologi olahraga.

"Pilihan terbaiknya adalah olahraga berintensitas tinggi seperti bersepeda di dalam ruangan (spin cycling) atau lari interval dan kami akan merekomendasikannya, namun harus dikombinasikan dengan aktivitas berintensitas rendah karena keduanyalah yang dapat memberikan dampak terbesar," tambahnya seperti dikutip dari Daily Mail, Senin (21/1/2013).

Lagipula peneliti menduga otot-otot manusia kesulitan untuk memulihkan dirinya sendiri jika terlibat dalam aktivitas olahraga yang periodenya panjang, kendati kondisi otot itu secara fisik lebih kuat.

"Otot-otot Anda bisa saja lebih cepat kelelahan ketika beraktivitas dengan intensitas tinggi tapi sebenarnya mereka juga bisa memulihkan diri lebih cepat, dan ini harus difasilitasi dengan memberikan jeda untuk istirahat sebentar. Hal ini akan membuat orang-orang merasa tak begitu capek diantara beberapa sesi olahraga," timpal peneliti lain, Dr Angus Hunter.

"Jadi jangan heran ketika Anda merasa capek setelah berolahraga dan butuh waktu lama untuk memulihkan diri, itu bisa jadi karena Anda telah melakukan olahraga berintensitas sedang secara terus-menerus," pungkasnya.

Saat mulai tidak enak badan, vitamin C sangat dibutuhkan untuk menjaga daya tahan tubuh. Berbagai penelitian telah membuktikan manfaat tersebut. Namun penelitian terbaru menunjukkan, vitamin C jadi sia-sia kalau tak disertai olahraga.

Penelitian yang dilakukan di Finlandia ini membuktikan bahwa konsumsi vitamin C tidak menunjukkan manfaat pada orang yang bermalas-malasan atau sering diistilahkan couch potato. Namun jika rajin olahraga, vitamin C bisa menurunkan risiko pilek hingga 50 persen.

Dengan melibatkan 11.000 partisipan, penelitian yang dilakukan para ilmuwan dari University of Helsinki ini membandingkan hubungan antara konsumsi vitamin C dengan risiko penyakit ringan seperti batuk pilek. Aktivitas fisik para partisipan juga dibandingkan.

Salah satu partisipan dalam penelitian ini adalah seorang perenang remaja yang sedang pilek. Pemberian suplemen vitamin C dosis rendah ternyata mampu mempercepat proses penyembuhan remaja tersebut hingga 2 kali lipat dibandingkan perkiraan sembuh sebelumnya.

"Kegagalan suplementasi vitamin C dalam mengurangi risiko pilek pada populasi umum menunjukkan bahwa manfaatnya belum bisa dipastikan, tetapi memang bermanfaat bagi yang terpapar aktivitas fisik," kata Harri Hemild dan Elizabeth Chalker yang melakukan penelitian ini seperti dikutip dari Daily Mail, Sabtu (16/2/2013).

Kesimpulan lain yang ditarik dalam penelitian ini adalah bahwa respons anak-anak terhadap vitamin C lebih bagus dibandingkan orang dewasa. Pada anak-anak, vitamin C menurunkan risiko pilek sebanyak 18 persen sedangkan pada orang dewasa hanya 8 persen.

Meski demikian, mengonsumsi vitamin C secara berlebihan bukanlah tanpa risiko. Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal JAMA Internal Medicine menunjukkan bahwa laki-laki yang terlalu sering mengonsumsi suplemen vitamin C bisa mengalami batu ginjal.

Ternyata sayuran tak hanya mengandung vitamin dan mineral yang penting bagi kesehatan tubuh. Buktinya sebuah studi baru menemukan bahwa sayuran juga dapat meningkatkan selera makan seseorang.

Menurut tim peneliti dari Cornell University, AS ini, memasukkan sayuran ke dalam menu utama juga dapat mendorong seseorang percaya bahwa makan malamnya terasa enak.

Bahkan hanya dengan menyajikan sayuran untuk makan malam membuat seseorang menganggap bahwa orang yang menyajikannya atau tuan rumah adalah orang yang lebih bijaksana dan penuh perhatian.

Sayangnya menurut survei dari National Diet and Nutrition, hanya satu dari 10 anak di Inggris yang benar-benar menjalankan rekomendasi pemerintah untuk mengonsumsi lima porsi buah dan sayuran setiap harinya.

"Di Amerika, hanya 23 persen masyarakat yang menyediakan sayuran sebagai menu makan malam. Itu berarti kita perlu menemukan sejumlah motivasi baru untuk mendorong orangtua agar menyajikan sayuran sebagai komposisi utama dari menu makan di rumah," ungkap ketua tim peneliti, Brian Wansink yang juga seorang profesor di bidang pemasaran dan perilaku konsumen dari Cornell University.

Untuk itu, studi yang dipublikasikan dalam jurnal Public Health Nutrition ini melibatkan 500 responden ibu-ibu yang memiliki sedikitnya dua anak berusia di bawah 18 tahun dan tinggal serumah.

Si anak diminta untuk menilai rasa dari empat menu makanan yang sebagian ditambahi sayuran dan sebagian lagi tidak. Mereka juga diminta mendeskripsikan orang-orang yang mempersiapkan dan menyajikan makanan itu lalu mengidentifikasi sayuran favorit mereka dan penyajian seperti apa yang mereka sukai untuk sayuran itu.

Hasilnya, dari keempat makanan yang disajikan, penambahan sayuran ternyata memang dapat meningkatkan respons positif si anak sehingga menu yang disajikan terlihat lebih 'komplet', 'menyenangkan', 'enak' dan dipersiapkan dengan penuh pertimbangan.


Pertanyaan peneliti tentang sayuran favorit partisipan juga mengungkapkan keragaman preferensi si anak, sekaligus mengindikasikan bahwa hampir semua anak memiliki sedikitnya satu jenis sayuran yang paling mereka sukai.

"Temuan ini memperkuat konsep bahwa sayuran membuat menu makanan yang disajikan menjadi lebih menarik. Lagipula kalau hanya mengatakan bahwa sayuran itu baik untuk kesehatan saja mungkin takkan cukup. Menunjukkan bahwa sayuran adalah penambah kenikmatan makan malam juga bisa jadi strategi yang efektif," terang Profesor Wansink seperti dilansir dari Daily Mail, Rabu (21/11/2012).

Wansink juga merekomendasikan penambahan ragam sayuran yang ditawarkan pada anak-anak dan merubah menu sesuai usia si anak.

"Jika orang tua tahu bahwa menambahkan sayuran pada menu makan malam dapat membuat menu itu terlihat lebih menggugah selera atau menarik serta mendorong keluarga mereka untuk memiliki persepsi yang lebih baik tentang apa yang mereka konsumsi maka mungkin mereka akan lebih terinspirasi untuk menyajikan sayuran," pungkasnya.

Agar anak menjadi pemusik besar seperti Mozart atau Beethoven, sejumlah orang tua cenderung terdorong mendaftarkan anaknya untuk mengikuti kursus musik atau belajar alat musik tertentu. Mungkin tampaknya upaya itu hanyalah akan buang-buang waktu, tapi sebuah studi mengklaim bahwa belajar alat musik membuat si anak tumbuh menjadi lebih pintar.

Secara rinci tim peneliti dari Kanada mengungkapkan bahwa mendorong anak masuk kelas musik sejak berusia 6 tahun akan mempercepat perkembangan kemampuan motoriknya.

"Pasalnya belajar alat musik itu membutuhkan koordinasi antara kedua tangan dengan stimuli visual (penglihatan) atau audio (pendengaran) dalam otak. Namun jika proses pembelajarannya telah dilakukan sebelum berusia 7 tahun, hal itu akan cenderung mempercepat proses pematangan koneksi antara region motorik dan sensorik di dalam otak sehingga dapat menciptakan pondasi latihan alat musik yang baik bagi anak," tandas ketua tim peneliti Virginia Penhune, profesor psikologi dari Concordia University di Montreal, Kanada.

"Bahkan semakin muda usia anak ketika belajar alat musik maka konektivitas antarkedua aspek itu akan semakin baik," lanjutnya seperti dikutip dari Daily Mail, Sabtu (16/2/2013).

Kesimpulan itu diperoleh setelah peneliti mengamati otak 36 musisi yang rata-rata telah bermain musik dalam kurun waktu yang sama dan menjalani sejumlah tes non-musikal untuk mengetahui kemampuan motorik mereka.

Partisipan dibagi menjadi dua kelompok yakni partisipan yang mulai belajar musik sebelum berusia 7 tahun dan yang belajar musik setelahnya. Lalu hasilnya dibandingkan dengan hasil tes pada partisipan lain (bukan musisi) yang pernah memperoleh sedikit pelatihan alat musik formal atau tak mendapatkan pelatihan sama sekali.

Dari situ diketahui bahwa musisi yang telah belajar musik sejak belum genap berusia 7 tahun dapat menentukan timing (ketika belajar alat musik) secara lebih akurat, bahkan setelah berlatih dalam dua hari saja, dibandingkan rekan-rekan musisi lain atau partisipan yang tidak pernah berlatih alat musik sebelumnya.

Pada waktu yang bersamaan, hasil scan otak musisi yang belajar musik sejak kecil memperlihatkan adanya penambahan bagian putih corpus callosum pada otak mereka. Corpus callosum sendiri merupakan sekelompok serat saraf yang menghubungkan bagian otak kiri dan kanan.

Namun scan otak partisipan bukan musisi dan musisi yang belajar musik setelah berusia 7 tahun tak menunjukkan adanya perbedaan perkembangan otak.

Kendati begitu, Profesor Penhune mengingatkan bahwa kursus alat musik ini tidak serta-merta mengubah anak menjadi komposer musik klasik atau musisi handal karena les piano atau biola saja tidak memberikan dampak yang begitu besar terhadap perkembangan kemampuan anak sebagai musisi karena adanya perbedaan skill spesifik dan kondisi otak yang mengiringinya.

Hanya saja karena studi yang dipublikasikan dalam Journal of Neuroscience ini juga menguji kemampuan motorik non-musikal pada partisipan, peneliti dapat mengemukakan bahwa manfaat belajar alat musik itu lebih dari sekadar bisa memainkan alat musik saja.

Karena rasanya yang terkadang pahit atau tidak enak, banyak anak yang menolak mengonsumsi sayuran, terlepas dari tingginya nutrisi yang dikandung bahan makanan yang rata-rata berwarna hijau ini. Tapi sebuah studi baru dari Australia menekankan bahwa kunci untuk mengatasinya terletak pada pengolahan sayur itu sendiri.

Menurut peneliti, anak-anak akan lebih doyan mengonsumsi sayur jika bahan makanan tersebut dimasak dalam durasi waktu yang sedang-sedang saja, tak terlalu cepat atau terlalu lambat.

Kesimpulan ini diperoleh setelah peneliti menanyai 82 anak laki-laki dan perempuan berusia 5 dan 6 tahun. Sebagian besar responden mengaku lebih menyukai brokoli dan kembang kol jika dimasak dengan durasi sedang (6-8 menit) ketimbang dimasak dengan durasi lebih pendek (2-3 menit) atau lebih panjang (10-14 menit).

Bahkan kondisi ini tetap berlaku meski mayoritas responden dilaporkan tidak suka atau tidak banyak mengonsumsi sayuran.

Anak-anak juga lebih memilih brokoli yang dikukus daripada direbus, namun rata-rata responden mengaku tak punya metode favorit untuk pengolahan kembang kol. Lagipula brokoli yang dikukus dalam waktu lebih lama rasanya jadi lebih pahit sehingga wajar jika anak-anak tidak menyukainya. Sebaliknya, kembang kol takkan terasa terlalu pahit meski dimasak terlalu lama.

"Jadi tingkat preferensi anak terhadap sayuran secara keseluruhan cenderung dipengaruhi oleh rasa dan tekstur. Karena berdasarkan studi ini, anak-anak tampaknya lebih memilih sayuran yang teksturnya medium dan tekstur semacam ini hanya dapat diperoleh dengan waktu pengolahan yang sedang-sedang saja," tandas peneliti seperti dilansir dari myhealthnewsdaily, Sabtu (16/2/2013).

Selain itu, metode pengukusan juga terbukti dapat mempertahankan lebih banyak nutrisi yang terkandung di dalam sayuran dibandingkan jika sayuran itu direbus. Untuk itu, karena anak-anak juga lebih menyukai rasa sayuran yang dikukus, peneliti menyarankan agar para orangtua lebih memilih mengukus sayuran ketimbang merebusnya agar anak-anaknya doyan makan sayur.

Studi ini diselenggarakan oleh tim peneliti dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation dan akan dipublikasikan dalam jurnal Food Quality and Preference.

Selasa, 12 Februari 2013

Setiap hari manusia menggunakan indra perasa yang terletak di lidah untuk mengecap rasa makanan. Ada kalanya fungsi pengecapan ini terganggu. Apabila ketika minum air putih jadi terasa berbau logam atau tidak enak, penyebabnya bisa bermacam-macam.

Adanya rasa logam di mulut merupakan salah satu gejala dysgeusia, yaitu kelainan yang terjadi pada indra perasa. Beberapa orang yang mengalami dysgeusia terkadang mengalami perubahan sensasi bau. Penyebabnya karena sensasi rasa dan bau sebenarnya saling berhubungan.

Seperti dikutip dari Live Strong, Senin (11/2/2013), beberapa penyebab munculnya rasa logam di mulut adalah sebagai berikut:
1. Obat-obatan
Obat adalah penyebab utama munculnya rasa logam di mulut. Ada banyak obat yang memiliki efek samping ini, yaitu antibiotik, obat penyakit jantung dan tekanan darah, obat anti kanker, obat tiroid hiperaktif, obat arthritis, obat diabetes, obat mual, obat glaukoma, obat osteoporosis, obat tidur dan obat lainnya.

2. Penyakit mulut dan gigi
Gangguan pada mulut dan gigi dapat mengubah indera perasa. Penumpukan plak, gingivitis, periodontitis, kerusakan gigi dan abses dapat menghasilkan rasa tidak enak di mulut yang muncul sebagai rasa logam. Infeksi sinus atau penyakit yang menyebabkan mulut kering juga terkadang menyebabkan lidah berasa logam.

3. Penyakit sistemik
Penyakit sistemik yang dapat menyebabkan rasa logam di mulut adalah kanker, hiperparatiroidisme, gagal ginjal, diabetes, sindrom Sjogren, sarkoidosis, amiloidosis, kekurangan vitamin B-12 dan mineral seng.

4. Gangguan sistem saraf
Gangguan sistem saraf dapat menimbulkan gangguan rasa. Penyebabnya mungkin terletak di otak atau sepanjang saraf tepi yang mengontrol indra rasa dan bau. Karena sensasi rasa dan bau saling melengkapi satu sama lain, gangguan yang terjadi pada indra penciuman mungkin dianggap sebagai kelainan oleh indra perasa.

5. Kehamilan
Fluktuasi tingkat hormon saat kehamilan diyakini dapat memunculkan sensasi rasa logam, terutama selama trimester pertama kehamilan.

7. Keracunan makanan laut
Mengkonsumsi ikan yang sudah busuk, terutama ikan berdaging gelap seperti tuna, makerel, bonito dan mahi mahi, dapat menyebabkan munculnya rasa logam di mulut untuk sementara. Jenis keracunan seperti ini disebut dengan keracunan ikan Scombroid atau histamin.

8. Alergi
Alergi diketahui dapat menyebabkan munculnya rasa logam di mulut. Gangguan ini dapat disebabkan oleh pengaruh yang terjadi secara langsung pada hidung, misalnya hidung jadi berair atau tersumbat. Pelepasann histamin yang diakibatkan reaksi alergi juga bisa memicu munculnya sensasi ini.

9. Menghirup zat
Bahan kimia yang terhirup selama jangka waktu lama juga dapat menyebabkan munculnya rasa logam. Misalnya bahan kimia seperti benzena, hidrazin, bensin, debu karet, kromat dan kobalt. Merokok juga dapat menyebabkan munculnya rasa logam di mulut.








              Tatapan mata seseorang bisa ditafsirkan sebagai bahasa non-verbal atau isyarat emosi yang ingin disamarkan. Untuk menjaga mata tetap sehat, ada beberapa hal yang perlu diwaspadai.
               Pemeriksaan mata dapat dilakukan di dokter mata untuk mendeteksi adanya kelainan. Karena bisa jadi penyakit seperti diabetes, penyakit jantung dan penyakit hati terdeteksi melalui kelainan mata. Kunjungilah dokter bila menemui gejala-gejala seperti yang dikutip dari Huffington Post, Rabu (13/2/2013) :

1. Bentuk pupil berbeda              Pupil atau lingkaran hitam di tengah mata normalnya berbentuk simetris. Ukurannya sama besar di mata bagian kanan dan kiri. Reaksinya ketika terpapar matahari juga sama. Jika salah satu pupil lebih besar atau lebih kecil, bisa jadi ada masalah yang sedang terjadi.Para ahli menemukan bahwa perbedaan ukuran pupil bisa menandakan risiko stroke, tumor otak atau saraf optik, atau kelainan pada pembuluh darah otak.

2. Mata berkabut              Jika mata terasa keruh atau berkabut sampai mengganggu penglihatan, bisa jadi menunjukkan gejala katarak. Penyakit ini memicu kekeruhan pada lensa di dalam mata dan dapat disembuhkan dengan operasi. Kondisi ini terutama dialami orang tua. Apabila dialami orang-orang muda, biasanya disebabkan efek samping obat diabetes, tumor dan beberapa obat-obatan lain.

3. Mata gatal             Ada banyak hal yang dapat menyebabkan gatal-gatal di sekitar mata. Penyebab paling umum adalah alergi. Mata dan daerah sekitarnya yang sensitif lebih rentan terhadap infeksi dan alergi. Pemicunya bisa apa saja, mulai dari serbuk sari di udara, debu atau bulu binatang.
            Jika mata terasa gatal dan memerah, cobalah meminum antihistamin untuk mengurangi gejala kemerahan. Bisa juga menemui dokter untuk memeriksa adanya alergi. Apabila disertai mata dan kelopak mata membengkak, mungkin penyebabnya kurang tidur.


4. Cincin abu-abu di sekitar kornea              Munculnya cincin abu-abu terang di sekitar kornea atau lingkaran berwarna pada mata menunjukkan kemungkinan adanya arcus senilis. Kondisi ini sering berkaitan dengan tingginya kadar kolesterol dan trigliserida, asam lemak yang terkandung dalam darah.
             Kondisi ini berkaitan dengan risiko penyakit jantung dan stroke. Jadi jika melihat ada cincin abu-abu di sekitar mata, sebaiknya kunjungi dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

5. Alis rontok              Jika alis mata hilang atau rontok lebih dari sepertiganya, bisa jadi pertanda gangguan tiroid. Rontoknya rambut alis dari bagian sisi luar wajah merupakan pertanda umum gangguan hipertiroid, yaitu tiroid terlalu aktif, atau hipotiroidisme, yaitu tiroid yang tidak aktif. Tiroid membantu mengatur hormon metabolisme dan sangat penting untuk memproduksi rambut.

6. Mata selalu berair               Mata berair bisa mengindikasikan infeksi akibat virus. Jika terasa lengket, ada kemungkinan terinfeksi bakteri. Tapi jika lantas disertai penglihatan kabur, bisa juga disebabkan oleh Computer Vision Syndrome (CVS), yaitu kelelahan mata karena layar komputer kurang kontras. Akibatnya mata bekerja lebih keras untuk berfokus pada layar.

7. Kelopak mata benjol              Benjolan kuning pada kelopak mata disebut juga xanthelasma palpebral. Benjolan ini bisa menjadi peringatan bahwa kadar kolesterol sedang tinggi. Benjolan tersebut sebenarnya adalah timbunan lemak yang berkumpul di kelopak mata. Benjolan ini sering disalahartikan dengan timbil.
             Jika menemui bintik-bintik kecokelatan di kelopak mata, segera temui dokter karena bisa menjadi tanda awal kanker kulit. Biasanya muncul di bawah kelopak mata dan terlihat kecokelatan disertai pembuluh darah kecil.

8. Mata kuning             Jika bagian putih mata berubah warna menjadi kuning, bisa jadi pertanda penyakit kuning. Penyakit ini berkaitan dengan masalah liver dan kandung empedu. Menjalani tes darah sederhana di kantor dokter dapat memastikan keberadaan penyakit ini.






Mengenai Saya

Foto saya
TAK ADA PERJUANGAN TANPA MIMPI

Total Tayangan Halaman

Pengikut

Translate

Popular Posts